Bandar Lampung : Tak terasa bulan kesembilan dalam kalender Islam atau lebih dikenal sebagai bulan Ramadan akan segera tiba, dimana saat itu umat Muslim di seluruh dunia akan menunaikan rukun islam kelima yakni berpuasa (saum) sesuai dengan keyakinan umat Muslim bedasarkan wahyu pertama Nabi Muhammad SAW.
Bulan Ramadan atau bulan penuh berkah akan berlangsung selama 29–30 hari masa kalender, yang terlebih dahulu ditentukan bedasarkan pengamatan hilal mengikuti petunjuk yang tertulis dalam hadits, lalu dalam penentuanya, bagaimana menurut dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam besar di indonesia ? berikut informasinya.
Muhammadiyah
Seperti biasanya organisasi islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 november 1912 lalu ini selalu lebih dulu mengeluarkan informasi untuk warganya, tentang penentapan hasil hisab Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1440 Hijriah yang tertuang dalam maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 01/MLM/1.0/2109
Ramadan 1440 H jatuh pada tanggal 06 Mei 2019 ditentukan bedasarkan Ijtimak jelang Ramadan 1440 H terjadi pada hari Ahad Kliwon, 6 Mei 2019 M pukul 05:48:25 WIB.
Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( f= -07°48¢ (LS) dan l= 110°21¢BT ) = +05°48¢20²(hilal sudahwujud).
kemudian Ijtimak jelang Zulhijah 1440 H terjadi pada hari Kamis Pon, 1 Agustus 2019 M pukul 10:14:35 WIB.
Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( f= -07°48¢ (LS) dan l= 110°21¢BT ) = +03°15¢41²(hilal sudah wujud).
Sehingga secara waktu berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan :
1 Ramadan (Puasa) 1440 Hjatuh pada hari Senin Legi, 6 Mei 2019 M.
1 Syawal 1440 Hjatuh pada hari Rabu Legi, 5 Juni2019 M.
1 Zulhijah 1440 H jatuh pada hariJum’at Wage, 2 Agustus 2019 M
Hari Arafah (9 Zulhijah 1440 H)jatuh pada hari Sabtu Pahing, 10 Agustus 2019 M.
Idul Adha (10 Zulhijah 1440H) jatuh pada hari Ahad Pon, 11 Agustus 2019 M.
Hasil ini secara astronomis dan matematis sesuai dengan garis tanggal yang dibuat dengan aplikasi Accurate Hijri Calendar (AHC) oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), menurut perhitungannya awal Ramadan 1440 H/2019 jatuh pada 6 Mei 2019 mendatang.
Nahdatul Ulama
Data hisab Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menunjukkan kemungkinan awal bulan puasa pada Senin Legi (06/05/2019).
Hal tersebut didasarkan pada ijtimak akhir Sya’ban yang jatuh pada Ahad Kliwon (05/05/2019) pukul 05.46 WIB dengan markaz Jakarta, sedangkan terbenamnya matahari terjadi pada pukul 17.46 WIB.
Selain itu, tinggi hilal hakiki berada pada ketinggian 6 derajat 19 menit dan hilal mar’i (terlihat) setinggi 5 derajat 54 menit dengan lama hilal 25 menit 17 detik.
Secara resmi, Nahdlatul Ulama baru akan memutuskan setelah melakukan rukyatul hilal pada Minggu 5 Mei 2019 (28 Syaban).Pengamatan hilal dilakukan setelah masuk waktu maghrib. Apabila cuaca baik dan hilal terlihat, maka setelah sholat isya NU akan langsung sholat tarawih.
Awal Ramadhan NU dan Muhammadiyah dimungkinkan sama yakni 6 Mei 2019. Prediksi awal Ramadhan juga dihitung menggunakan hisab wujudul hilal jatuh pada Senin, 6 Mei 2019. Sedangkan awal Syawal diprediksi jatuh pada Rabu 5 Juni 2019 Jika Cuaca Normal.
Dalam menentukan awal bulan Hijriyah, termasuk Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah. Nahdatul ulama harus melalui tiga tahapan yang perlu dilakukan, yakni hisab, rukyat dan ikhbar. Hisab adalah metode yang sama seperti yang dilakukan Muhammadiyah. Organisasi itu memakai perhitungan astronomi hakiki wujudul hilal.
Adapun rukyat merupakan metode yang mengandalkan penglihatan hilal sebagai landasan keilmuan (astronomi). Rukyat seperti mengikuti anjuran Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
Tahap selanjutnya yakni ikhbar, yaitu mengabarkan hasil kepada publik. Hal itu setelah adanya koordinasi dengan hasil rukyat pemerintah.
Mengenai penetapan waktu oleh kedua ormas ini terkadang memang memiliki sedikit perbedaan, tetapi kapanpun waktunya dan apa metode yang digunakan tidaklah menjadi soal. Yang terpenting, metode tersebut mengikuti tuntunan Rasul SAW dan menghasilkan hasil yang jelas.
Putra