Pengembangan budidaya pisang rajabulu ini, Mustafa menjalin kemitraan dengan parusahaan PT. GGF (Great Giant Food). Disini perusahaan berperan melakukan pendampingan, bantuan bibit, pinjaman lunak pupuk dan membantu pemasaran.
“Program one zone one product bertujuan untuk mencegah inflasi atau menjaga stabilitas harga pertanian. Agar harga tidak anjlok, petani tidak boleh menanam satu jenis produk saja, tapi harus banyak varietas. Jadi produksi stabil, harga juga aman,” jelasnya.
Anjloknya harga singkong beberapa bulan lalu Rp 300-400/kg diharapkan tidak akan terulang lagi dengan pembagian varietas tanaman di tiap kecamatan. Seperti di Kotagajah dikembangkan bawang merah, Punggur dikembangkan nanas, Seputih Agung budidaya kencur, Anak Tuha dengan jengkol dan varietas lainnya.
“Yang pasti petani diarahkan untuk tidak hanya menanam singkong, padi atau jagung. Dampaknya ketika panen, pasokan melimpah harga anjlok. Karenanya tanaman petani harus lebih variatif, sehingga produksi stabil dan begitu juga harganya,” ujar Mustafa,
Tak hanya PT. GGF, kedepan pihaknya juga akan mengajak perusahaan-perusahaan di Lampung Tengah untuk bisa menjadi mitra petani. Perusahaan diharapkan tidak hanya fokus mencari keuntungan sendiri tanpa memberdayakan masyarakat sekeliling.
“Kehadiran perusahaan harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekelilingnya. Saya minta PT. GGF fokus memberdayakan petani di Lampung Tengah. Begitu juga perusahaan-perusahaan lainnya, saya harap ada kontribusi yang bermanfaat untuk masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu Willy Soegiono, Government Relation PT. GGP menerangkan program kemitraan yang dibangun dengan masyarakat tidak lagi berkonsep CSR (Corporate Social Responsibility), melainkan CSV (Creating Share Value) yang penekanannya membangunkeunggulan kompetitif pada masyarakat.
Budidaya pisang rajabulu sangat menguntungkan dan potensi pasar tak hanya lokal, tetapi internasional. “Ini masa percobaan. Di Lampung Tengah sudah ada 3 hektar yang sudah kita budidayakan pisang rajabulu. Target kami seluas-luasnya. Untuk pemasaran juga akan kami bantu, pasar kami sudah ekspor ke Singapura dan Malaysia. Kedepan merambah China,” jelasnya.
Di tahun pertama, panen pisang rajabulu bisa dilakukan satu kali. Ditahun kedua bisa 2-3 kali dan terus berkembang ditahun-tahun berikutnya. “Potensi keuntungan di tahun pertama Rp 14 juta, tahun kedua Rp 47 juta dan tahun ketiga bisa Rp 51 juta. Perawatan cukup mudah, hanya butuh air yang cukup dan perawatan dari hama,” papar Willy.
Sejalan dengan program Bupati Mustafa, Willy menegaskan PT. GGP berkomitmen untuk bisa tumbuh bersama dengan masyarakat, khususnya dalam hal kesejahteraan. “Tidak hanya pisang rajabulu, kedepan bisa kita kembangkan varietas tanaman lainnya yang bisa menguntungkan masyarakat. Dengan ini kita bisa bersama-sama membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.”tandasnya.