Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang diperingati Sabtu (9/2/2019), penuh kesan. Diwarnai kabar duka berpulangnya Ketua DPRD Pringsewu, Ilyasa, ke haribaan Ilahi, yang turut mengejutkan publik, kilas balik, napak tilas disertai kelindan harapan kemajuan pers nasional, ditemukenali sejumlah tokoh Lampung. Kali ini giliran aktivis gerakan rakyat yang urun bicara.
Dihubungi lewat kanal WhatsApp, pukul 09.19 WIB, kemarin, ketua organ jejaring advokat muda, Advokat Bela Rakyat (ABR) Lampung, Hermawan SHI MH, merajut harapan publik akan tuntutan profesionalisme pers sebagai penyaji fakta yang mencerdaskan rakyat, termasuk kontribusi pers dalam penegakan hukum di Tanah Air.
“Siap Bang. Atas terselenggaranya HPN 2019 di Surabaya, kami berharap media pers dapat lebih memantapkan profesionalisme wartawan baik cetak ataupun elektronik,” tanggap mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandarlampung itu.
“Dewasa ini, masyarakat tentu mengharapkan media menyajikan fakta yang mencerdaskan masyarakat sebagai kontribusi pembangunan bangsa dari segala sisi, terlebih menyoal penegakan hukum tanpa tebang pilih,” ujar dia, advokat yang sejak 2015 aktif pula di Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI) Lampung itu, berharap.
Beda Hermawan, beda Iwan, panggilan karib aktivis reforma agraria yang juga Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan Nurdin.
Pesan masuk di WhatsApp redaksi, pukul 09.30 WIB, kemarin pula, dinaskahi pria cool alumnus SMA Negeri 1 Pringsewu yang juga dikenal kolumnis setia sejumlah media massa arus utama ini.
Dia berpendapat, media sosial yang menguat sebagai bentuk alternatif bahkan perlawanan dari media mainstream, telah membuat pers menyerah dan memilih menjadi pengikut viral dari media sosial yang dominan.
Salah satu aktor di balik sukses Indonesia tuan rumah pertama di ASEAN untuk Global Land Forum (GLF) 2018 bertema ‘United for Land Rights, Peace and Justice’, yang digelar International Land Coalition (ILC) dan organisasi masyarakat sipil, di Gedung Merdeka, Bandung, September 2018 ini mengajukan dalih analisisnya.
Padahal, lanjut dia, “yang ramai dari media sosial juga hasil dari rekayasa canggih dari big data (mahadata, Red) yang ada. Kreasi dari akun mesin.”
Uniknya, ini disebut kecerdasan buatan (artificial intelligence). “Bisa jadi ia adalah kebodohan buatan yang dikonsumsi massal,” kritik sosok yang aktif di media sosial ini membidik.
“Karena itu, Hari Pers Nasional ini kita berkewajiban mengembalikan fungsi pers sebagai alat pelurus dan pembentuk kecerdasan. Melalui pers, pencerahan yang renyah dikunyah, oleh awam sekalipun,” pungkas Iwan lugas mencernakan.
Putra/Muzamil