Bandar Lampung : Bagi mahasiswa baru, sandang status agen perubahan dan tantang hadap disrupsi peradaban ala Revolusi Industri 4.0, pantang meninggalkan hakikat sebagai pembelajar.
Mahasiswa bukan saja dituntut, namun sudah semestinya menempuh perkuliahan secara seksama, prestasi akademik prioritas utama.
Empat pilar pembelajaran ala UNESCO disebut Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Lampung Dr. Dalman, saat berbicara pada sesi kegiatan Program Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PPKKMB) 2018/2019 di Aula Akhmad Dahlan, lantai 3 kampus setempat, Jalan ZA Pagaralam, Bandarlampung, Rabu (12/9/2018), kemarin.
“Pertama, learn to know. Anda harus banyak belajar menguasai pengetahuan secara kreatif, aktif mencari tahu. Kedua, learn to do. Lakukan sesuatu, berkarya, implementasikan ilmu yang diterima, bagaimana penerapannya agar bermanfaat bagi diri dan masyarakat.”
“Ketiga, learn to be. Belajar menjadikan sesuatu, kalau ingin sukses harus belajar menguasai dan melakukan sesuatu. Dari pengetahuan yang diperoleh, ingin buat sesuatu, menjadikan sesuatu, diri kita lebih baik, memiliki karakter, berkepribadian baik, demi mewujudkan keinginannya. Mau jadi bupati, pengusaha, guru, abdi masyarakat, kesempatan Anda terbuka,” paparnya di depan 400-an mahasiswa.
“Keempat, learn to lead together. Kita ditakdirkan Allah Yang Maha Kuasa untuk hidup bersama saling membutuhkan. Sesukses apa pun Anda, butuh orang lain mencapainya,” imbuh Dalman disambut riuh mahasiswa baru kampus 12 program studi (prodi) itu.
Pada paginya, kegiatan bertema Pembentukan Generasi Milenial Unggul dan Berkarakter dalam Merespon Tuntutan Global Menuju Indonesia Berkemajuan yang baru akan berakhir Jumat (14/9/2018) esok itu dibuka Gubernur Lampung Ridho Ficardo, diwakili Kepala Badan Penelitian Pengembangan Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Lampung Mulyadi Irsan.
Turut hadir, segenap unsur Rektorat, Dekanat, dan civitas akademika kampus Parsyarikatan. Nampak pula, perwakilan Korem 043/Gatam.
Pantauan redaksi, Rektor UM Lampung 2018-2022 ini cukup atraktif menjelaskan ragam tips, misal agar mahasiswa tak sekadar berpuas diri hanya jadi mahasiswa “kupu-kupu”, alias kuliah pulang, kuliah pulang. Mahasiswa riuh-rendah mendengarnya.
Pakar linguistik jebolan UPI Jakarta itu menekankan, Revolusi Industri 4.0, globalisasi, Masyarakat Ekonomi ASEAN mensyaratkan prakondisi kecakapan khusus menghadapi iklim kompetitifnya.
“Kuasai silabus, panduan belajar, dan buku teks referensi. TOEFL Anda minimal 400, kuasai minimal dua bahasa internasional Inggris dan Arab, misalnya. Rajin baca, menulis agar bisa jadi pembicara dan penulis yang terampil. Susun rencana belajar Anda, harus ada target prestasi. Apalagi kampus ini akan kita ujudkan jadi enterpreneur university,” Dalman bersemangat, disusul aplaus mahasiswa.
Selanjutnya, tambah dia, mahasiswa era kids zaman now patut menguasai keterampilan pendukung. “Kuasai teknologi internet, manfaatkan sisi baiknya, ada e-book, e-library, dan e-learning,” imbuhnya.
Saat diskusi, pertanyaan menarik dilontarkan Salsabila, mahasiswa baru Ilmu Pemerintahan, ihwal persiapan UM Lampung mewujudkan diri jadi enterpteneur university.
“Kami memulainya, dengan mempersiapkan kelas khusus tambahan. Dengan kerjasama mitra strategis, melalui Lembaga Ekonomi dan Bisnis, kami akan jadikan kampus kita ini kampusnya pengusaha milenial. Sudah ada beberapa pihak ketiga yang siap bekerjasama. Tunggu tanggal mainnya,” jawab Dalman.
Di sela pemaparan, redaksi mewawancarai Ratna Dwi (19), alumnus SMK Muhammadiyah Way Sulan, Lampung Selatan. Mahasiswi ramah Ekonomi Syariah yang mengaku prodi favoritnya itu satu-satunya pilihan, menyatakan antusias dan berusaha menangkap lengkap apa yang disampaikan Rektor.
Alif Rizki (20), mahasiswa lainnya, senada. Alumnus MA Daar elQolam, Kabupaten Tangerang, Banten yang kuliah sambil bekerja ini mengaku memilih prodi Teknik Elektro sebagai favorit hasil referensi senior tempatnya kini bekerja. “Pilihan tepat. Yakin,” komentarnya. [red/mzl]