Bandar Lampung, (Beritajempol.co.id) – Gunung anak Krakatau meletus, adapun erupsi terjadi pada pukul 21.58 WIB malam, dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak dan ± 357 m di atas permukaan laut. Erupsi ini juga terekam di seismograf situs Magma Kementerian ESDM dengan amplitude maksimum 40 mm dan durasi 72 detik.
Pasca kejadian sekitar pukul 13.11 WIB, Warga pulau subesi Lampung Selatan, Bapak Syamsir yang dekat dengan Gunung anak krakatau menceritakan bahwa benar ada suara gemuruh sebanyak dua kali.
“Iya tadi sekitar pukul setengan sebelas ada gemuruh keras, trus belum lama ini juga ada terdengar,” ujar pak Syamsir saat di Hubungi redaksi Metropolis (Group Beritajempol), Sabtu (11/04/2020).
Tak hanya mendengar suara gemuruh katanya, pasca beberapa waktu letusan aroma belerang juga tercium, sehingga beberapa warga dan aparat desa mulai berkumpul untuk berjaga-jaga.
“Ada kaya bau belerang gitu, ni beberapa warga sudah berkumpul didepan rumah, belum ada instruksi kami baru berjaga-jaga saja,” lanjutnya.
Soal letusan kata dia, memang tidak terlihat, karena posisi pulau Subesi meskipun dekat tetapi dia memunggungi Gunung anak karakatau.
Syamsir juga berharap tidak ada sesuatu apapun marabahaya yang menghampiri mereka, karena meski ada letusan atau erupsi, hal itu tidak membuat panik warga,, karena getaran tidaklah terasa kuat.
“Getaran gak terasa, masih tenang, tapi siaga,” ujarnya
Kemudian ia bersama warga lain juga mengaku belum ada langkah lebih lanjut kata syamsir saat di telepon, mereka masih melihat situasi dan menunggu instruksi ataupun himbauan, namun yang jelas warga sudah berantisipasi.
“Letusan belum terlihat, tetapi bau belerang dan ini abu juga sudah mulai turun dan mulai kerasa dimata,” demikian syamsir.
Red